Binalnya Sahabat Istriku
Binalnya Sahabat Istriku | cerita dewasa terbaru - Hai, namaku Rian. Saat ini aku sudah bekerja di sebuah perusahaan  swasta yang cukup besar di Bandung. Perusahaan tempat aku bekerja  memperbolehkan suami istri bekerja pada kantor yang sama, asalkan beda  bagian. Begitulah Dodi, sahabatku. Aku dan Dodi di bagian IT sedangkan  istrinya Cindy di bagian keuangan. Aku dan Dodi jadi teman baik sejak  proses penerimaan karyawan di perusahaan ini, sebab aku dan Dodi satu  angkatan. Sedangkan Cindy beda 1 tahun dibawahku.
Ada  sesuatu tentang Cindy yang selalu mengganggu tidurku semenjak aku  bertemu dengan dia. Saat aku diperkenalkan ke Cindy oleh Dody, aku  merasa ada suatu getaran aneh. Rasanya seperti bertemu dengan seseorang  yang sudah sangat aku kenal. Aku rasa Cindy pun merasa demikian, sebab  saat aku menjabat tangannya, aku dan dia sama-sama terdiam sesaat saling  memandang dengan penuh arti. Setelah beberapa saat aku melepas jabatan  tangan tadi dengan berat hati, sebenarnya sih aku masih mau megang, tapi  gak enak sama Dodi, terlihat cindy pun agak berat melepas jabatan  tanganku.
Sejak  saat itu ada hubungan aneh antara aku, dodi dan cindy. Didepan dodi,  aku dan cindy berlaku biasa saja, seperti layaknya kenalan biasa. Tapi  disaat aku bertemu dengan cindy berdua secara tak sengaja disela-sela  jam kantor, kami berdua jadi akrab sekali. Tak bisa aku lupakan  senyumnya yang selalu terkembang saat bertemu aku, dan antusiasmenya  menanggapi obrolan denganku. Bahkan kadang-kadang Cindy berlaku agak  manja menanggapi candaanku.
Aku  yakin sekali Cindy merasa kalau aku sangat suka padanya, dan akupun  merasa Cindy memiliki perasaan yang sama denganku. Tapi ya apa daya,  Cindy kan sudah jadi miliki Dody, sahabatku. Akhirnya aku cuma bisa  memendam rasa suka yang aku akui sangat salah. Tapi aku agak kasihan  juga sih sama Dody, terlihat kadang-kadang Cindy memaksa Dody "berubah"  mengikuti gayaku. Memang sih dody agak ketingalan jaman, jelas beda sama  aku yang masih bujangan.
Tapi  semua jadi berubah sejak jumat kemarin. Hari jumat itu dody tidak masuk  kantor, aku tidak tau kenapa. Sorenya saat jam pulang kantor, turun  hujan yang sangat lebat. Aku memang agak terlambat pulang seperti biasa,  saat sampai ke lobi, aku melihat Cindy sedang duduk menunggu hujan  reda.
"Hai Cin, nunggu hujan berhenti ?" tanyaku.
"Iya, lebat banget. Mana gak bawa mobil lagi" jawab Cindy.
"Dody kemana ?" tanyaku lagi
"Oh dia hari ini izin, ke jakarta sampe hari minggu. Ada keperluan sama keluarganya" jawabnya.
"Kok kamu gak ikut ?" tanyaku
"Males" jawab dia singkat sambil tersenyum nakal. Akupun ikutan tersenyum. Dasar...
"Ya udah bareng aku aja ya, aku anterin pulang". tawarku
"Mau sih, tapi sebenernya aku mau ke BIP dulu. Ada yang mau aku beli" kata Cindy dengan tatapan agak memelas.
"Ya udah aku anterin juga" jawabku cepat.
"Bener nih mau nganterin ?" tanya Cindy dengan tatapan menyelidik.
"Ah  kayak sama siapa aja" kataku sambil menarik tangannya agar mengikutiku.  He..he..he.. kalau enggak ada dody kadang-kadang aku jadi lupa diri,  padahal kalau ada temen yang perhatiin tingkah polah kami berdua bisa  gawat kalo beritanya sampe ke telinga dody.
Akhirnya  aku mengantar Cindy ke BIP. Ternyata dia cari buku yang kata temennya  bagus. Sepanjang perjalanan aku dan Cindy sangat akrab. Mungkin kalau  diperhatikan seperti sepasang kekasih yang sudah lama tidak pertemu.  Maklum biasanya kan ada Dody, jadi harus jaga sikap. Kadang-kadang tanpa  sadar tanganku sudah menggandeng tangannya. Biasanya setelah beberapa  saat kami berdua sama-sama tersadar dan melepas gandengan sambil saling  tersenyum. Apalagi setelah membeli buku Cindy mengajakku melihat-lihat  barang di toko-toko lain. Hmm.. rasanya jadi kayak ABG lagi pacaran.
Setelah  puas jalan-jalan aku mengajak Cindy untuk ngobrol di starbuck yang ada  di depan BIP. Aku dan Cindy mengobrol dan bercanda tidak ada henti.  Jujur saat itu aku sudah lupa kalau Cindy sudah menjadi istri sahabatku  sendiri. Aku lebih merasa Cindy adalah kekasihku yang sudah lama tidak  bertemu.
Setelah  1 jam mengobrol akhirnya aku mengajak Cindy untuk pulang. Waktu itu aku  parkir di basement agak diujung. Sampai di mobil setelah menghidupkan  mesin dan AC, aku memandang Cindy yang duduk disebelahku. Tanpa sadar  tanganku membelai rambutnya dan berkata. "Cin kamu cantik banget...".  Cindy cuma tersenyum lebar memandangku.
Cindy  memang wanita yang sangat cantik. Kulitnya putih mulus, rambut lurusnya  hitam legam sangat terawat, bibir tipis berwarna merah muda walau tanpa  lipstik.. hmmm jujur aku sering menghayal untuk mengecup bibir imut  itu. Badannya sangat seksi dengan lekuk-lekuk menyerupai gitar, ditambah  pantat agak tonggeng dan payudara 34B, walaupun tidak besar tapi  membuat keseluruhan tubuh Cindy sangat proposional, tidak kalah dengan  model-model yang biasa muncul di majalah pria dewasa. Sering aku merasa  sangat cemburu kalau membayangkan dody menggumuli tubuh montok ini.
Kemudian  tanpa sadar aku mengecup keningnya. Cindy tersenyum makin lebar. Merasa  Cindy sangat welcome terhadapku, kemudian aku mengecup bibir Cindy.  Cindy secara otomatis menutup matanya, menikmati datangnya bibirku di  bibirnya. Gila, rasanya dasyat, mungkin karena aku sudah membayangkan  mengecup bibir mungil itu sejak lama. Awalnya aku cuma mengecup kecil  bibir Cindy, tapi kemudian aku mulai mengemut bibir bawah Cindy. Cindy  pun membalas dengan mengemut bibir atasku. Sungguh aku dan Cindy sudah  tidak memperhatikan kalau bisa saja ada orang yang tiba-tiba lewat dekat  mobil kami.
Sambil  mencium Cindy dengan ganas, Tanganku mulai aktif mengelus-elus tubuh  Cindy. Dimulai dari punggung kemudian turun kepinggang dan paha Cindy.  Tangan Cindy pun mulai aktif mengelus-elus tubuhku. Tapi saat tanganku  menyentuh sisi payudaranya, tangan Cindy menekan tanganku untuk meremas  payudaranya lebih kencang. Otomatis akupun mulai meremas payudara Cindy  dari luar. Cindy mulai melenguh menikmati remasan tanganku di  payudaranya.
Aku  mulai melepas kancing blouse Cindy satu persatu. Setelah empat kancing  atas Cindy terbuka aku mulai meremas payudara Cindy di branya. Tapi  karena tidak puas, aku mengangkat bra tersebut dan mulai meremas  langsung payudara Cindy. Sesekali aku memutar-mutar puting susu Cindy  yang agak besar tersebut. Cindy melenguh makin keras. Bahkan  kadang-kadang ciumannya terlepas karena Cindy tak mampu menahan  nikmatnya remasan tanganku dipayudaranya. Tangan Cindypun mulai berani  mengelus-elus penisku dari luar.
Merasa  posisiku agak kurang nyaman aku nekat menurunkan posisi tempat duduk  Cindy menjadi rata sehingga tubuh Cindy terlentang dan pidah ke sisi  tempat Cindy duduk. Setelah pindah aku menindih tubuh Cindy dan  meneruskan ciumanku. Setelah beberapa lama aku turunkan ciumanku ke  pentil payudaranya. Cindy melenguh keras saat aku mengemut pentil  besarnya bergantian kiri dan kanan. Tiba-tiba Cindy membuka pahanya  sehingga tubuhku bisa tepat diantara selangkangannya. Terasa penisku  tepat berada diatas vaginanya. Terasa Cindy mulai menggerak-gerakkan  pinggulnya sehinga penisku dan vaginanya saling bergesekan walaupun  masih dihalangin celana panjangku dan CDnya. Birahiku pun memuncak dan  ikut mengerak-gerakkan pinggulku, menyebabkan gesekan antara vaginanya  dan penisku makin hebat.
"Cin, cari tempat yang lebih enak yuk" ajakku dengan nafas sedikit ngos-ngosan.
"Boleh, tapi dimana ?" tanya Cindy dengan muka merah karena birahi.
"Kita buka kamar hotel aja" jawabku
"Ayo.." kata Cindy pasrah.
Aku  segera bangkit dan membereskan pakaianku. Begitu juga Cindy yang  payudaranya sudah terbuka lebar akibat perbuatanku. Aku segera  mengarahkan mobilku kearah lembang mencari hotel yang enak. Setelah  menentukan pilihan aku memesan kamar. Petugas hotel mempersilakkan kami  masuk ke kamar walau dengan wajah sedikit curiga. Terang aja curiga,  soalnya kami datang untuk menginap dengan pakaian kantor dan tanpa tas  yang mungkin menyimpan pakaian layaknya orang menginap dihotel.
Sampai  dikamar aku segera mengunci pintu, sedangkan Cindy masuk sebentar ke  kamar mandi. Setelah keluar dari kamar mandi, aku memeluk Cindy dari  belakang saat dia melepas aksesoris yang menempel ditubuhnya.
"Cin, kamu pasti sudah tau dari dulu kalau aku sayang banget sama kamu" bisikku di telinganya.
"Aku tau kok mas" jawabnya "Aku juga sayang banget sama kamu. Gak tau kenapa" Lanjut Cindy.
Aku  membalikkan tubuh Cindy sehingga menghadapku. Kemudian aku memeluknya  dengan erat. Cindy pun terasa sangat erat memelukku. Aku melepas  pelukkanku dan mulai mencium bibirnya lagi. Cindy membalas ciumanku  dengan ganas.
Merasa  kurang nyaman berciuman sambil berdiri aku mengangkat tubuh Cindy dan  merebahkannya di tempat tidur. Akupun menindih tubuh Cindy dan  meneruskan ciumanku.
Satu  persatu aku melepas kancing Cindy hingga lepas. Kemudian aku melepaskan  baju dan branya. Cindy membantuku untuk melepaskan baju dan bra dari  tubuhnya.
Setelah  terlepas, aku mengarakan ciumanku ke payudaranya. Bergantian aku  mengemut dan memutar-mutar pentil payudaranya. Sesekali aku remas  perlahan sampai agak keras. Cindy hanya bisa melenguh pasrah saat aku  aktif berkerja merangsang payudaranya.
Tangan  Cindy mulai melepaskan kancing kemejaku satu persatu. Akhirnya aku  lepas saja kemejaku sehingga aku dan Cindy sama-sama bertelanjang dada.  Aku meneruskan ciumanku di payudaranya sambil sesekali meremas-remas  pantatnya yang bahenol. Tidak puas-puas aku meremas-remas pantat itu.  Akhirnya aku membuka kancing roknya dan menurunkan rok dan D Cindy  hingga dia telanjang bulat. Selesai menurunkan rok Cindy akupun membuka  celanaku hingga akupun telanjang bulat seperti Cindy. Setelah itu aku  mencoba membuka paha Cindy dan berusaha mencium vaginanya.
"Ah..  mau ngapain" tolak Cindy saat aku mencoba mencium vaginanya. Sepertinya  Cindy belum pernah menerima perlakuan seperti itu sebelumnya.
"Tenang  sayang, percaya deh sama aku" jawabku menenangkan Cindy. Aku berusaha  membuka pahanya lagi. Walaupun awalnya Cindy agak menolak tapi kemudian  Cindy pasrah mengikuti kemauanku. Kemudian aku mulai mencium vagina  Cindy. Tubuhnya sempat terlonjak sesaat. Cindy benar-benar kaget  terhadap hal yang baru kali ini dialaminya itu. Tapi kemudian Cindy  terbiasa, bahkan melenguh setengah teriak saat aku mulai menjilati  klitorisnya.
"Ah...ahh..ahh.. aduh mas enak banget" erang Cindy saat aku gencar menjilati klitorisnya.
"AKHHH.."  teriak Cindy tertahan saat aku menghisap klitorisnya yang tidak terlalu  besar itu. Tangan Cindy makin menekan kepalaku untuk terus menghisap  dan menjilati klitorisnya. "Akh.. mas enak banget mas..." lenguh Cindy  terus menerus.
Sesaat  kemudian tangan Cindy menarik tubuhku keatas. Aku tahu Cindy sudah  tidak tahan agar vaginanya cepat dicoblos oleh penisku. Aku  menyejajarkan tubuhku diatas tubuh Cindy dan mulai mengarahkan penisku  ke vaginanya. Karena tidak sabar Cindy ikut menarik penisku ke arah  vaginanya. Saat penisku menyentuh gerbang vaginanya, terasa sudah sangat  basah disana. Cindy sudah benar-benar sangat terangsang. Aku dorong  penisku perlahan. Vaginanya terasa masih peret. Ya walaupun sudah tidak  perawan karena sudah menikah, tapi Cindy masih dalam hitungan pengantin  baru, diapun belum pernah punya anak, sehingga vaginanya masih terasa  kuat mencengkram penisku.
Aku  mulai memaju mundurkan penisku, menimbulkan gesekan-gesekan nikmat  antara penisku dengan vaginanya. Aku mulai makin gencar menusukkan  penisku ke vaginanya. Cindy hanya melenguh pasrah sambil menutup matanya  menikmati penisku mengobok-obok vaginanya.
"Terus mas, terus. Gagahi aku mas, aku sudah nunggu dari dulu" ceracau Cindy menikmati tusukan penisku di vaginanya.
Kemudian  aku mengangkat kedua kaki Cindy kepundakku. Kemudian aku meneruskan  tusukanku. Dengan posisi ini aku lebih mudah mengatur irama tusukanku.  Kadang-kadang aku tusuk perlahan, tapi kemudian tiba aku tusuk dengan  cepat. Kadang-kadang lurus, tapi kemudian aku tusuk sisi-sisi vagina  yang bisa terjangkau. Cindy cuma bisa berteriak-teriak keenakan. "Gila..  gila, lagi mas...lagi mas.." lenguhnya keenakan.
Kemudian  aku bangunkan tubuh Cindy dan merubah posisi sehingga Cindy ada diatas  sedang aku terlentang. Mengerti posisi yang aku inginkan Cindy langsung  menggerakkan pinggulnya dengan liar sambil tangannya bertumpu pada  dadaku. Tanganku yang bebas meremas-remas payudaranya, menambahkan  sensasi but Cindy. "Akh...Akh...Akh..." Cindy berteriak agak melengking  menikmati gesekan nikmat di kemaluannya.
Tiba-tiba  tubuh Cindy bergetar, Cindy telah mencapai puncak orgasmenya. Tubuhnya  kemudian jatuh ketubuhku. Aku yang belum sampai membalik tubuh Cindy  sehingga tubuh Cindy dibawah sedang aku diatas. "Sebentar ya sayang, aku  juga dah dikit lagi" kataku ke Cindy yang masih menikmati sisa-sisa  orgasmenya.
"Iya  mas, terusin aja, masih enak kok" kata Cindy. AKu mulai goyangan dan  tusukan penisku ke vaginanya. Cindy masih melayani dengan  menggerak-gerakkan pinggulnya walau tidak sehebat sebelumnya.
"Cin  aku mau keluar nih" kataku. Cindy memelukku erat, Aku mengerti, akupun  ingin sekali menumpahkan spermaku ke vagina Cindy. Cret..cret..cret  sampai 6 kali aku memuntahkan spermaku ke vagina Cindy. Cindy yang  merasa sperma hangat sudah mengalir divaginanya perlahan mengendurkan  pelukannya. Akupun bergeser untuk berbaring disebelah Cindy. Kemudian  aku dan Cindy pun tertidur kelelahan.
Entah  berapa lama aku tertidur. Aku terbangun ketika merasa Cindy berbaring  diatas dadaku sambil mengelus tubuhku. Akupun mengelus rambutnya yang  bagus.
"Mas.." kata Cindy. "Ya sayang" jawabku.
"Maaf ya pas kita ketemu aku dah nikah..." kata Cindy.
"Trus mas," lanjut Cindy "mas bisa cari cara supaya kita bisa bersama selamanya ?" kata Cindy lagi.
"Iya sayang, pasti aku cari carnya" jawabku sambil mengelus rambutnya, walau dalam hati merasa sangsi apakah ada cara itu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar