Sedangkan orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan dari kepuasan diri sendiri justru memiliki antibodi yang lebih rendah. Penelitian ini juga mengikutsertakan University of North Carolina untuk memeriksa bagaimana sebuah dampak psikologi dari ekspresi positif seseorang terhadap antibodi yang dimilikinya.
Hasilnya, orang yang melakukan perbuatan baik memiliki tingkat 'eudaimonic well being' yang tinggi. Untuk diketahui kebahagiaan eudaimonic bermakna bahwa kebahagiaan adalah hasil dari perjuangan untuk mencapai aktualisasi diri. Kebahagiaan ini juga muncul pada orang-orang yang punya makna hidup dan tujuan mendalam.
Hasilnya, orang yang melakukan perbuatan baik memiliki tingkat 'eudaimonic well being' yang tinggi. Untuk diketahui kebahagiaan eudaimonic bermakna bahwa kebahagiaan adalah hasil dari perjuangan untuk mencapai aktualisasi diri. Kebahagiaan ini juga muncul pada orang-orang yang punya makna hidup dan tujuan mendalam.
Berbeda dengan orang - orang yang memiliki tingkat 'hedonic well-being' yang tinggi. Mereka memiliki kebahagiaan yang berasal dari kepuasan tersendiri. Biasanya kebahagiaan muncul setelah membeli suatu barang atau mendapatkan sesuatu yang disukai. Orang-orang jenis ini ternyata memiliki peradangan yang tinggi, serta antibodi dan gen antivirus yang lemah.
Penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Proceeding of National Academy of Sciences ini, dipimpin oleh Steven Cole, profesor kedokteran dari UCLA dan Barbara L. Fredickson dari University of North Carolina. Para ilmuwan ini, sudah melihat bagaimana gen seseorang merespons rasa takut, stres, kesedihan dan keadaan mental yang negatif lainnya. Karena itu kali ini, mereka mencoba untuk mencari tahu bagaimana gen manusia menanggapi psikologis positif dalam diri.
Peneliti mempelajari implikasi biologis kebahagiaan hedonis dan eudaimonic dengan menggunakan 21 ribu gen. Profesor Cole percaya bahwa respons mungkin berevolusi untuk membantu sistem kekebalan tubuh manusia dalam mengatasi ancaman mikroba yang berkaitan dengan perubahan kondisi sosial dan lingkungan. Ancaman tersebut, termasuk juga infeksi bakteri dari luka yang dihasilkan oleh peningkatan risiko infeksi virus.
"Karena lingkungan masyarakat kita berbeda, aktivitas kronis dapat menjadi ancaman sosial atau simbolik yang dapat menyebabkan peradangan kardiovaskular, neurodegenerative dan penyakit lainnya. Sehingga dapat mengganggu ketahanan tubuh dari infeksi virus," ujar Cole seperti dilansir laman Daily Mail.
Dalam penelitian ini, para peneliti menggunakan sampel darah 80 orang dewasa yang dinilai tingkat kesehatan, kesejahteraan, faktor psikologis, perilaku negatif hedonis serta eudaimonic-nya.
Penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Proceeding of National Academy of Sciences ini, dipimpin oleh Steven Cole, profesor kedokteran dari UCLA dan Barbara L. Fredickson dari University of North Carolina. Para ilmuwan ini, sudah melihat bagaimana gen seseorang merespons rasa takut, stres, kesedihan dan keadaan mental yang negatif lainnya. Karena itu kali ini, mereka mencoba untuk mencari tahu bagaimana gen manusia menanggapi psikologis positif dalam diri.
Peneliti mempelajari implikasi biologis kebahagiaan hedonis dan eudaimonic dengan menggunakan 21 ribu gen. Profesor Cole percaya bahwa respons mungkin berevolusi untuk membantu sistem kekebalan tubuh manusia dalam mengatasi ancaman mikroba yang berkaitan dengan perubahan kondisi sosial dan lingkungan. Ancaman tersebut, termasuk juga infeksi bakteri dari luka yang dihasilkan oleh peningkatan risiko infeksi virus.
"Karena lingkungan masyarakat kita berbeda, aktivitas kronis dapat menjadi ancaman sosial atau simbolik yang dapat menyebabkan peradangan kardiovaskular, neurodegenerative dan penyakit lainnya. Sehingga dapat mengganggu ketahanan tubuh dari infeksi virus," ujar Cole seperti dilansir laman Daily Mail.
Dalam penelitian ini, para peneliti menggunakan sampel darah 80 orang dewasa yang dinilai tingkat kesehatan, kesejahteraan, faktor psikologis, perilaku negatif hedonis serta eudaimonic-nya.
Dari penemuan ini, diperoleh hasil bahwa orang dengan eudaimonic well-being memiliki ekspresi gen yang menguntungkan dalam sel kekebalan tubuh. Sedangkan orang dengan hedonic well-being, justru memiliki ekspresi gen yang merugikan. Namun menariknya, orang dengan tingkat hedonic well-being yang tinggi tidak merasa lebih buruk dari orang dengan tingkat eudaimonic yang tinggi.
"Keduanya memiliki tingkat emosi positif yang sama. Namun gen mereka memberikan respons yang berbeda, walaupun keadaan emosional mereka sama-sama positif," ucapnya.
"Keduanya memiliki tingkat emosi positif yang sama. Namun gen mereka memberikan respons yang berbeda, walaupun keadaan emosional mereka sama-sama positif," ucapnya.